Para suporter Beitar pun berlaku rasis yang menimbulkan kegemparan. Pada Sabtu sebelumnya, suporter mengangkat spanduk dalam pertandingan Liga Primer Israel untuk memprotes pemilik Beitar, Arkady Gaydamak yang menyewa dua pemain muslim.
Zuar Sadayev dan Dzhabrail Kadiyev yang bermain di Liga Rusia bersama klub Terek Grozny, diperkenalkan ke publik tapi nyaris tidak berbicara. Mereka akan berlatih pertama kalinya pada Kamis (31/1) ini.
"Saya tahu akan sulit di awal, tapi saya yakin klub ini berada di jalur baru dan akan mengubah citranya," ungkap Pelatih Eli Cohen.
Walikota Yerusalem, Nir Barkat yang ikut dalam konferensi pers mengatakan kekerasan dan rasisme tidak akan ditoleransi. Spanduk yang dibawa suporter Sabtu lalu berisi tulisan 'Beitar akan selalu tetap murni' yang berarti mereka menginginkan pemain Yahudi.
Klub terkena sanksi pada Selasa lalu karena insiden rasis tersebut. Mereka diperintahkan untuk menutup 7.000 kursi sebelah timur Stadium Teddy Kollek yang menjadi tempat para suporter rasis. Mereka juga didenda sebesar 13.400 dolar AS.
Pengadilan Asosiasi Sepak Bola Israel mengatakan hukuman tersebut relatif ringan karena Beitar sudah memulai upaya memberantas perilaku rasis di kalangan suporter. Beitar merupakan klub yang sebelumnya tidak pernah menandatangani kontrak dengan pemain Arab karena tekanan suporter.
Mereka memiliki rekor sanksi disiplin terburuk dalam sejarah Liga Primer Israel. Sejak 2005, Beitar harus menghadapi 20 dengar pendapat dan menerima berbagai hukuman termasuk pengurangan poin, denda, dan pembatalan pertandingan.
Warga Arab mencapai 20 persen dari populasi Israel yang mencapai 8 juta orang. Pemain Arab menonjol di semua klub sepakbola lain dan sudah sejak lama masuk dalam tim nasional Israel.
sumber